6 Fakta Bitcoin Ternyata Butuh Listrik Sama Kaya Seluruh Negara Argentina, ini hitungannya gimana

Tahukah kamu bahwa jaringan cryptocurrency terbesar di dunia mengonsumsi energi lebih banyak daripada sebuah negara lengkap? Penelitian terbaru dari University of Cambridge mengungkapkan fakta yang benar-benar mengejutkan.
Menurut analisis mereka, bitcoin membutuhkan sekitar 121.36 terawatt-hours listrik setiap tahunnya. Angka ini ternyata setara dengan konsumsi listrik seluruh Argentina yang mencapai 121 TWh.
Fakta ini menjadi semakin relevan dengan melonjaknya nilai bitcoin hingga $48,000 setelah investasi besar-besaran dari Tesla. Aktivitas penambangan pun semakin intensif dan membutuhkan daya yang luar biasa.
Artikel ini akan menjelaskan secara detail bagaimana perhitungan tersebut dilakukan dan apa implikasinya bagi kita semua. Mari kita eksplorasi bersama enam fakta menarik tentang konsumsi listrik yang setara dengan sebuah negara.
Mengapa Bitcoin Membutuhkan Listrik Sebesar Seluruh Negara Argentina?
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa sistem digital tertentu memerlukan sumber daya yang begitu besar? Jawabannya terletak pada desain fundamental yang menjamin keamanan dan desentralisasi.
Para peneliti di University of Cambridge telah mengembangkan alat pemantauan khusus yang memberikan data real-time tentang penggunaan energi. Alat ini menjadi referensi utama bagi banyak analis di industri.
Data Terbaru dari University of Cambridge
Cambridge Centre for Alternative Finance merilis angka terbaru yang cukup mencengangkan. Jaringan cryptocurrency terbesar mengonsumsi 121.36 TWh listrik setiap tahunnya.
Michel Rauchs, peneliti utama, menjelaskan bahwa desain sistem memang sengaja dibuat untuk mengonsumsi daya besar. Mekanisme ini yang menjamin keamanan transaksi dan perlindungan dari serangan.
Yang menarik, energi yang digunakan setara dengan memasak air menggunakan semua ketel di Inggris selama 27 tahun berturut-turut. Atau lebih mengejutkan lagi, listrik yang terbuang oleh perangkat elektronik standby di AS saja cukup untuk menyalakan jaringan ini setahun penuh.
Perbandingan Konsumsi dengan Berbagai Negara
Untuk memahami skala sebenarnya, mari bandingkan dengan konsumsi beberapa negara maju. Data ini membantu kita melihat betapa besarnya kebutuhan energi sistem digital ini.
| Negara/Wilayah | Konsumsi Listrik Tahunan (TWh) | Perbandingan |
|---|---|---|
| Jaringan Cryptocurrency | 121.36 | 100% |
| Belanda | 108.8 | 89.6% |
| Uni Emirat Arab | 113.20 | 93.2% |
| Norwegia | 122.20 | 100.7% |
Dari tabel di atas, kita bisa melihat bahwa konsumsi energi sistem ini hampir menyamai Norwegia. Angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi mencerminkan dampak nyata terhadap lingkungan dan ekonomi energi global.
Perbandingan ini membantu kita memahami betapa besar sumber daya yang diperlukan untuk menjaga jaringan tetap beroperasi. Setiap transaksi dan proses validasi memerlukan komputasi intensif yang menghabiskan daya signifikan.
Proses Penambangan Bitcoin yang Sangat Boros Listrik

Tahukah Anda bahwa ada sistem komputasi yang sengaja dirancang untuk mengonsumsi daya dalam skala masif? Mekanisme ini bukanlah kesalahan desain, melainkan fitur keamanan fundamental yang melindungi jaringan dari manipulasi.
Desain sistem cryptocurrency terbesar memang memerlukan komputasi intensif. Setiap transaksi harus diverifikasi melalui pemecahan puzzle matematika kompleks.
Cara Kerja Mining Bitcoin dan Kebutuhan Komputasi
Proses penambangan bitcoin melibatkan komputer khusus yang bersaing memecahkan algoritma kriptografi. Setiap kali terjadi transaksi, para penambang bertugas memverifikasi keabsahannya.
Sistem ini dibuat dengan tingkat kesulitan tinggi untuk mencegah pemalsuan catatan transaksi global. Sebagai imbalannya, penambang berpeluang mendapatkan sejumlah kecil cryptocurrency.
Awalnya proses ini bisa dilakukan dengan komputer biasa. Namun sekarang diperlukan peralatan khusus dengan kemampuan komputasi tinggi.
| Periode | Alat yang Digunakan | Tingkat Kesulitan | Konsumsi Daya |
|---|---|---|---|
| 2009-2012 | CPU Komputer Biasa | Rendah | Minimal |
| 2012-2016 | GPU Kartu Grafis | Sedang | Signifikan |
| 2016-Sekarang | ASIC Miner Khusus | Sangat Tinggi | Masif |
Mengapa Semakin Banyak Bitcoin Ditambang, Semakin Banyak Listrik Dibutuhkan?
Jaringan cryptocurrency terbesar telah menghasilkan lebih dari 18.5 juta unit dari total 21 juta yang tersedia. Semakin banyak yang berhasil ditambang, semakin kompleks algoritma yang harus dipecahkan.
Para penambang bitcoin sering menghubungkan banyak perangkat sekaligus dalam operasi besar-besaran. Mereka bahkan mengisi seluruh gudang dengan peralatan miner yang bekerja terus-menerus.
Kebutuhan komputasi dan konsumsi energi semakin besar seiring waktu. Inilah yang menjelaskan mengapa operasi penambangan memerlukan daya begitu besar.
Profitabilitas meningkat dengan menambahkan lebih banyak perangkat miner. Namun konsekuensinya adalah konsumsi sumber daya yang semakin masif.
Dampak Lingkungan dan Kontroversi di Balik Penambangan Bitcoin

Di balik nilai tinggi cryptocurrency, tersembunyi konsekuensi lingkungan yang serius. Banyak aktivis dan pemerhati lingkungan mulai menyoroti dampak ekologis dari operasi penambangan digital.
David Gerard, penulis buku Attack of the 50 Foot Blockchain, memberikan pandangan tajam. Menurutnya, sistem ini didesain secara “anti-efisien” dari awal.
Emisi Karbon dan Dampak terhadap Perubahan Iklim
Emisi gas rumah kaca dari operasi penambangan terus meningkat. Dampaknya terhadap perubahan iklim semakin nyata dan mengkhawatirkan.
China menjadi pusat utama aktivitas ini dengan proporsi besar. Sekitar dua pertiga sumber listrik di sana berasal dari pembangkit batu bara.
Berikut perbandingan jejak karbon yang mencengangkan:
- Satu transaksi setara dengan 680.000 transaksi Visa
- Dampak karbon sama dengan menonton YouTube selama 51.210 jam
- Emisi gas CO2 terus bertambah seiring intensifikasi operasi
Kritik terhadap Elon Musk dan Tesla
Elon Musk dan perusahaan otomotif listriknya berada di pusat kontroversi. Investasi besar mereka dalam bitcoin menuai kritik pedas.
Tahun 2020, perusahaan ini menerima subsidi lingkungan $1.5 miliar. Ironisnya, mereka menginvestasikan jumlah sama untuk aset digital yang ditambang dengan batu bara.
Banyak yang mempertanyakan konsistensi misi lingkungan perusahaan. Investasi dalam penambangan yang boros energi dinilai bertolak belakang dengan visi hijau mereka.
Elon Musk disebut melakukan kontradiksi dalam kebijakan investasi. Dukungan terhadap cryptocurrency ini dianggap memperparah masalah lingkungan.
Kesimpulan
Dunia digital terus berkembang dengan inovasi yang membutuhkan sumber daya besar. Teknologi seperti komputer dan smartphone memang memiliki jejak karbon lebih tinggi dibanding teknologi lama.
Beberapa cryptocurrency seperti Ethereum berencana beralih ke sistem yang lebih ramah lingkungan. Namun, dampak dari penambangan aset digital teratas masih akan terus bertambah.
Konsumsi energi yang setara dengan sebuah negara tidak bisa diabaikan. Setiap perusahaan perlu mempertimbangkan dampak lingkungan dalam investasi mereka.
Emisi gas rumah kaca dari aktivitas ini menjadi perhatian serius. Masa depan cryptocurrency harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan selain keuntungan finansial.
➡️ Baca Juga: Tren Kriminal yang Akan Menguasai Tahun Ini: Waspada dan Siap
➡️ Baca Juga: Update Harga Sembako: Kenaikan dan Penurunan Terkini



